Minggu, 20 Februari 2011

Telor Cecak dan Telor Buaya (Bacaan Laki-laki Dewasa)

Kemarin Jum’at (10/2) saya seperti layaknya kaum muslim laki-laki lainnya berangkat ke Masjid Nurul Iman untuk melakukan Sholat Jum’at atau lebih sering kita menyebutnya Jumat’an. Masjid Nurul Iman yg terletak di komplek Mess Bagu satu, merupakan masjid yg dibangun bersama antara BCS dan kontraktor dan dikemudian hari diberi nama melalui pooling yang cukup gayeng diantara anggota SMS (Sebuku Moeslim Society) termasuk diataranya saya (semoga dicatat Malaikat nih) sekitar tahun 2005-an.

Satu mobil bersama Kang Dedi Herdiman (DH) dan Mas Joko Indratmo (JIN), nampaknya kami agak sedikit terlambat berangkat karena jam telah menunjuk pukul 12.10, sementara Khotbah Jum’at biasanya dimulai sekitar jam 12.20, dan perjalanan dari kantor ke masjid perlu sekitar 10 menit.

‘Wah bisa dapat telor cecak nih…’, kata JIN yg duduk di jok belakang, memastikan kalau terlambat sampai di masjid nantinya akan mendapat shof (barisan sholat) bagian belakang.

‘Tenang Jok !’ timpal saya, ‘kita tetap akan dapat telor buaya’ (maksud saya tetap dapat shof di depan)

‘Lho koq bisa ?’

‘Iyalah, liat aja nanti, meskipun kita datang belakangan tetap saja shof depan masih banyak kosong, lha kenyataannya banyak jama’ah kita lebih suka duduk di serambi yang memang silir dan sinambi leyeh-leyeh….! apalagi tempat perbatasan antara masjid utama dan serambi yang dibatasi pagar pembatas setinggi lutut, wah nyaman banar pang (ujar urang banjar), sender-sender.…. pokoknya booking laris manis (seat VVIP).

Begitulah, obrolan terus dilanjut dengan membahas seputar keutamaan shof sholat dimana umumnya diantara kita tahu dan percaya bahwa dalam sholat jama’ah, makmum laki-laki yang berdiri di barisan paling depan akan mendapat pahala yang lebih besar ketimbang yang makmum laki-laki yang berdiri di belakang, dimana saya ibaratkan telor cecak dan telor buaya (bagi yang belum pernah lihat telor buaya, silahkan jalan-jalan ke penangkaran buaya Batakan-BPP). Rasul sendiri mensikapi masalah shof ini dapat disimak dalam haditsnya :

خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا

“Sebaik-baik shof kaum laki-laki adalah di depan, dan sejelek-jeleknya adalah paling belakang. Dan sebaik-baik shof wanita adalah paling belakang, dan sejelek-jeleknya adalah yang paling depan.” (HR. Muslim)

Dari sudut logika ini sebenarnya masuk akal sekali, karena secara nalar orang yang berdiri dibarisan paling depan (laki-laki) semestinya orang yang datang paling dulu dan mempunyai persiapan diri lebih baik dibanding orang yang datangnya terlambat biasanya buru-buru dan kurang persiapan, begitu sebaliknya untuk perempuan. Tetap saja aneh, walau mengetahui pahala yg diterimanya lebih besar bila berdiri di shof depan, banyak diantara jama’ah masih saja memilih duduk di barisan belakang kecuali yang sedikit itu.

‘Gimana Jok, benar kataku, kita masih kebagian telor buaya, khan !’ sesampai di masjid terlihat shof depan masih banyak kosong.

‘ada pendapat, kenapa mereka tidak mau berebut mendapatkan pahala yg lebih besar ?’ lanjut saya

Sejenak kami menyimpulkan, suatu yang pasti namun tidak langsung diterima saat itu (apalagi kelak) serta tidak pernah melihatnya, menjadikan greget usaha menjadi berkurang bahkan bisa hilang sama sekali. Kebalikannya coba saja kalau diumumkan di mimbar, bahwa jamaah yang berdiri di shof paling depan akan diberi hadiah uang 500 rb, shof selanjutnya 400 rb, 300 rb dan seterusnya sampai yang shof terakhir cukup 10 rb, wah kita yakin semua jama’ah akan berebut di shof paling depan, bahkan bila perlu datang lebih awal lagi untuk mencuri start.

Weleh… weleh… obrolan singkat yang cukup menarik untuk dikaji lebih dalam lagi. Namun sesungguhnya hal penting bagi saya bukanlah berebut pahala sesama jamaah di hadapan Sang Maha Pemurah, akan tetapi barangkali bagaimana persiapan dan keseriusan kita untuk berserah diri dan memohon ampunan-Nya sewaktu mengikuti ritual Jumat’an agar lebih baik dan lebih baik lagi (continuous improvement) termasuk mendengarkan uraian khotbah sebagai bagian tak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup ini. Dan tentu saja makmum yang berdiri sholat di shof depan jauh lebih elok dibanding yang di belakang….ingat itu !

Please, Speak out, Stand up and Make different!

Sebuku, 11 Februari 2011

Tidak ada komentar: