Selasa, 21 April 2009

Ratu dan Bidak pion


Gb. Maaf Icha gambarmu, ayah templekkan disini tanpa ijin darimu, semoga ikhlas .. ya.
a
Semalam adalah hari ketiga, babak penyisihan pertandingan catur di tempat kami bekerja. Seperti tahun-tahun sebelumnya menjelang peringatan ulang tahun kemerdekaan negri ini, pertandingan dan perlombaan semarak diadakan dimana-mana tak tertinggalan di lokasi kerja tambang Sebuku. Jamaknya catur merupakan hal yang wajib dipertandingkan dalam event tujuhbelasan ini, tanpa catur ibarat lodeh thewel lupa dicolok cabe rawit ….

Saya melenggang dengan mudahnya ke babak perempat final tanpa memeras otak sedikitpun, maaf bukannya meremehkan kemampuan lawan atau sok jago tapi swear memang benar itu adanya karena lawan malam ini tak hadir sehingga panitia mendeklarasikan saya menang WO. Satu hal tetang konsep nyata filosofi ‘nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sugih tanpa banda’ yg sering disosialisasikan oleh Bapak pembangunan RI, telah saya amalkan dengan sukses (warga negara yg baik) dan sayapun lebih banyak waktu luang untuk mengamati sekaligus mengukur kekuatan lawan lainnya ….

Adalah Pak Ekto karyawan senior disini, beliau berdarah dayak kalsel tapi lebih kental kultur jawanya ketimbang orang jawa sekalipun, dengan buah putih saat ini sedang memimpin dan berada diatas angin karena dia masih mempunyai stair (mahapatih) dan lawannya sudah kehilangan itu, sementara buah catur lainnya hampir seimbang jumlahnya. Catur adalah permainan mengatur strategi, tekan-menekan, jebak-menjebak dan makan memakan melibatkan satu system ketatanegaraan yang didalamnya tersebutlah ratu, stair (mahapatih), perwira menteri, kuda dan benteng kemudian dibarisan depan bidak pion. Ratu adalah nyawanya permainan itu sendiri, semua wajib dan rela membela dan mengorbankan diri untuknya, ia tidak boleh tersentuhkan oleh lawan, terintimidasi dan mustahil untuk dimakan, yg tertinggi sekaligus lemah karena jalannya tertatih-tatih hanya satu langkah-satu langkah, ratu mati tamatlah riwayat permainan ini. Stair (mahapatih) amatlah kuat (powerfull) maju bisa mundur bisa, miring atau lurus sepak terjangnya tak masalah, satu atau sepuluh petak melangkah tak ada yang melarang, mahapatih tewas pagi-pagi alamat ratu akan mengalami tekanan seharian. Perwira menteri, kuda dan benteng mempunyai karakteristik berbeda beda tapi punya kepentingan yang sama membela ratu dan mengobrak-abrik pertahanan lawan. Bidak pion adalah hulubalang-hulubalang yang siap dikorbankan sebagai gedibal abdi yang tak punya pilihan selain menghamba kepada perwira, mahapatih apalagi sang ratu. Dan hakikatnya ratu merupakan bayangan diri pemain catur itu sendiri, yang memimpin dan yang mengambil keputusan, tak ada hujan tak ada panas kalau ia memutuskan menyerah maka ambruklah si ratu tersebut dalam situasi apapun, pertanda pemain mulai kelelahan, frustasi, atau merasa tak berdaya

Kembali ke situasi permainan pak Ekto, di sebelah kiri ratu putih beberapa petak meter berhadapan dengan ratu hitam ditemani seorang bidak pion disebelahnya. Terlihat perwira hitam dan putih saling melancarkan serangannya. Sambil terkantuk-kantuk melek merem saya terus mengamati perkembangan situasi, sampai akhirnya situasi kritis muncul dimana dengan arif dan tanpa dosa stair (mahapatih) putih meluncur ke seberang kanan hanya sekedar untuk makan sebuah bidak pion (terminology kamus popular disebut ‘nggragas’). Maka saat terbaik untuk ratu hitam (lawan) melangkah satu petak kedepan, tak ayal lampu emergency gedung putih mulai berkedip-kedip tanda si ratu mulai sesak napas dalam posisi terjepit. Stair (maha patih) putih kesulitan mendekati ratunya untuk melepaskan tekanan dan himpitan tersebut, dengan langkah gontai dan ngos-ngosan dia berhenti melangkah dan diam melihat si ratu di skak mat oleh bidak pion hitam, … ratu putih pun rebah dan terkapar di kaki bidak pion hitam yang penuh lumpur dan jelaga. Oh dunia terasa gelap sabarataan …..
Pak Ekto berdiri menyalami lawan dan pergi dengan senyum khasnya plus senyum kecut tersungging di wajahnya, lawan membalas dengan senyum manis melepas kepergiannya …

Malam ini saya mendapat pelajaran yg berharga bahwa terkadang kita sering meremehkan dan melupakan peran orang-orang yg lebih rendah disekitar kita, padahal tanpa disadari dari merekalah kita bisa bertahan dan bahkan mendapatkan suatu tujuan / harapan. Merupakan sunatullah, rekan-rekan semua adalah ratu sekup kecil maupun besar, maka jadilah ratu-ratu yang elok untuk bertebaran dan menghiasi dunia ini…. Amin.
(Sebuku, awal Agustus 2004)
a

Tidak ada komentar: