
n
Masjid Sekapung yang terletak di sebelah ujung selatan Pulau Sebuku - Kalsel, merupakan sebuah mesjid terbesar di pulau yang kecil ini. Dengan swadaya masyarakat dan bantuan perusahaan PT Bahari Cakrawala Sebuku, masjid yang dulunya tua dan kecil tumbuh menjadi masjid yang cukup cantik dan luas hingga bisa menampung ratusan jama'ah ...
Masyarakat desa ini berasal dari suku Bugis, Banjar dan Jawa, tapi bolehlah dibilang sesama kawan sendiri (bukan survey) hampir 80 % adalah suku Bugis yang kental dengan bahasa sehari-hari mereka (aku ende to mateppe pada lomaini kikuei). Mayoritas penduduk adalah muslim yang baik dan taat, ini dapat ditenggarai dg dinamisnya kegiatan keagamaan disana, sehingga ibarat tumbu dapat tutupnya, masjidpun makmur sudah begitu semestinya.
n
Masyarakat desa ini berasal dari suku Bugis, Banjar dan Jawa, tapi bolehlah dibilang sesama kawan sendiri (bukan survey) hampir 80 % adalah suku Bugis yang kental dengan bahasa sehari-hari mereka (aku ende to mateppe pada lomaini kikuei). Mayoritas penduduk adalah muslim yang baik dan taat, ini dapat ditenggarai dg dinamisnya kegiatan keagamaan disana, sehingga ibarat tumbu dapat tutupnya, masjidpun makmur sudah begitu semestinya.
n
Pagi ini sekitar waktu dhuha, berangkat dari kantor kami bertiga (p. Sudasih, p. Marsidi dan saya) hadir bersama kurang lebih dua ratus jama'ah yang memenuhi ruangan masjid ini demi menghormati undangan kepala desa serta memuliakan peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad saw itu sendiri. Laki-laki dan wanita (bukan gender, tapi L lebih duluan dari W)kelihatan sama banyaknya, anak-anak tak hentinya meramaikan dan meriuhrendahkan suasana yang semestinya khusyu lagi tenang, tapi itulah anak-anak yg hidup dengan dunia mereka, dunia tawa dan suka. Ustadz Abdurrahrazaq dari pulau seberang, sudah selayaknya mengulas tentang; riwayat, hikmah, keimanan, tentang isra mi'raj, dan satu hal ijinkanlah saya berbagi cerita kepada rekan-rekan, agar kita bisa mensyukuri bersama ... begini ...
maka Muhammad saw, nabi yang tak setitikpun melekat noda hitam di hatinya mi'raj bertemu sang pencipta, Allah subhanahu wata'ala, di Sidratul Munthaha, pertemuan yang sungguh amat luar biasa, maha suci Allah yang telah memperjalankan hambanya. Konon disitu nabi berdo'a atas tiga hal, pertama janganlah umatnya tidak diberi rizki sampai akhir hayatnya, kedua janganlah umatnya dikalahkan dengan umat lain, ketiga janganlah umatnya saling membenci dan dengki, Allah mengabulkan permintaan pertama dan kedua, untuk permintaan ketiga tidak.
maka Muhammad saw, nabi yang tak setitikpun melekat noda hitam di hatinya mi'raj bertemu sang pencipta, Allah subhanahu wata'ala, di Sidratul Munthaha, pertemuan yang sungguh amat luar biasa, maha suci Allah yang telah memperjalankan hambanya. Konon disitu nabi berdo'a atas tiga hal, pertama janganlah umatnya tidak diberi rizki sampai akhir hayatnya, kedua janganlah umatnya dikalahkan dengan umat lain, ketiga janganlah umatnya saling membenci dan dengki, Allah mengabulkan permintaan pertama dan kedua, untuk permintaan ketiga tidak.
n
Turun dari Sidratul Munthaha ke bumi Nabi diberi satu-satunya oleh-oleh untuk disampaikan kepada umat manusia berupa perintah Sholat 50 waktu sehari. Setiap turun dari langit ke tujuh ke langit dibawahnya beliau bertemu dengan nabi dan rasul terdahulunya. Ketika di langit keenam Muhammad saw bertemu dengan Musa as, dan Musa as pun menjelaskan bahwa umatnya yg badannya besar dan kuat saja tak mampu apalagi umat Muhammad saw yang kecil dan lemah pastilah akan keberatan melaksanakannya. Nabi yang penuh kasih sayang kepada umatnya kemudian naik ke atas untuk meminta pengurangan, Allah swt mengabulkan. Turun ketemu Musa as lagi, dan Musa as masih mengatakan berat dan umat manusia tak akan mampu mengerjakan itu. Sampai beberapa kali naik turun langit untuk meminta keringanan, dan ketika perintah sholat tinggal 5 waktu sehari, nabi yang mulia dan santun tak sanggup lagi untuk minta korting lagi karena malu.
Sejenak kita merenung, alangkah beratnya jika seandainya kita manusia diperintahkan sholat 50 waktu sehari, sedang sholat yang 5 waktu sehari saja terasa berat, berat dan berat ... bila saja kita tak bisa menjaga serta mengendalikan diri dan hati, maka saatnya kita bersama meningkatkan syukur atas nikmat keringanan ini. Segala puji bagi Allah yang maha tahu atas kelemahan dan keterbatasan kemampuan kami manusia sebagai ciptaan-Nya serta sholawat dan salam untukmu wahai Muhammad saw nabi yang selalu cinta dan sayang kepada umatnya.
Bagai burung camar yang melayang di tepian pantai dan daratan ketika senja saatnya mereka pulang ke sarangnya, begitu juga kita sebagai perantau yang menyebar di muka bumi ini pastilah akan kembali ke kampung halaman nenek moyang kita, kita pun mengerti bahwa kampung halaman yg hakiki itu tak lain adalah Jannatun naim (nirwana dg penuh bunga-bunga), karena disanalah pertama kali adam as diciptakan, .... insya Allah.
n
Sejenak kita merenung, alangkah beratnya jika seandainya kita manusia diperintahkan sholat 50 waktu sehari, sedang sholat yang 5 waktu sehari saja terasa berat, berat dan berat ... bila saja kita tak bisa menjaga serta mengendalikan diri dan hati, maka saatnya kita bersama meningkatkan syukur atas nikmat keringanan ini. Segala puji bagi Allah yang maha tahu atas kelemahan dan keterbatasan kemampuan kami manusia sebagai ciptaan-Nya serta sholawat dan salam untukmu wahai Muhammad saw nabi yang selalu cinta dan sayang kepada umatnya.
Bagai burung camar yang melayang di tepian pantai dan daratan ketika senja saatnya mereka pulang ke sarangnya, begitu juga kita sebagai perantau yang menyebar di muka bumi ini pastilah akan kembali ke kampung halaman nenek moyang kita, kita pun mengerti bahwa kampung halaman yg hakiki itu tak lain adalah Jannatun naim (nirwana dg penuh bunga-bunga), karena disanalah pertama kali adam as diciptakan, .... insya Allah.
n
(Sebuku, mid September 2004)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar